Senin, 22 Maret 2010

Jawaban

"err... emm.... makasih udah mau menunggu.."


Sebastian hanya mendesis. Sesekali bocah jangkung ini hany memperhatikan tingkah laku makhluk hawa di sepannya dengan pandangan merendahkan. Kelihatan gugup, eh, Nona? kenapa? Tidak pernah berhadapan dengan makhluk tampan sebelumnya. Tsk. Awas saja kalau kau kedapatan mau merayu Sebastian malam ini. Hidupmu dipastikan akan segera berakhir. Maksudku, gadis jelek macam kau siapa yang mau coba.



"kamu sudah lama?"


Poor you are...


"Kalau kau memang cerdas. Kau pasti bisa menarik kesimpulan 20 menit itu lama atau tidak." mendengus kesal. Memposisikan pantatnya ke posisi awal. Dengan kedua tangan menopang dagu. Mulai jengah. Kalau gadis sinting itu tidak segera memulai entah-apa yang dipikirkannya, ia yakin mereka akan mengadakan camping malam ini.


"Cepat katakan apa maumu" nada bosan dan kasar. sebastian tidak bisa menunggu lebih lama lagi, right?

replay agi :-)

sedikit gugup Serena memberanikan diri mengangkat kepala dan melihat tatapan murka Sebastian yang khas. Dia tau, itu pantas untuknya yang datang sudah sangat telat dari perjanjian.

"err... emm.....
makasih udah mau menunggu.."

serena benar-benar gugup dan tidak tau mau berkata apa, tangannya dikepal erat di dalam jubah yang menutupi hampir seluruh tubuh kecilnya itu

Waaahhh.. gawat.. dia benar-benar sudah melupakan untuk apa dia mengajak Sebastian. aduh >_< inget donk..

sambil mencoba memutar kembali pemikirannya ke persoalan itu, Serena berusaha mencairkan suasana yang begitu membeku antara dia dan sosok tinggi besar di depannya. hhmmm, Sebastian, walau baru tingkat pertama, tapi dia kelihatan seperti sudah tahun tiga. walaupun garang dan keras, bagi Serena,dibalik tatapan yang tajam sosok tersebut masih tersimpan kelembutan hati yang murni.

wah... jangan sampai dia menaruh hati pada makhluk in
i, pikirnya dalam hati

"kamu sudah lama?"

ugghhhttt, pertanyaan yang basi. Tapi tak apalah dari pada dia cuma diam membeku sambil memikirkan apa yang harus dibicarakannya dengan Sebastian

As Sebastian

Empat kata untuk Serena... Dia-mau-menipu-aku...

Sebastian mulai beranjak dari tempatnya bersandar. Mulai muak. Bosan. Asal kalian tahu, pekerjaan yang paling membuatnya bosan adalah menunggu. jadi jangan salahkan dia kalau minimal bocah sebelas tahun ini mulai mengumpat dan mengeluarkan kata-kata yang kotor. Cih.. untuk gadis seperti Serena memang tidak sepantasnya untuk Sebastian berlaku manis.

"Sebastian kau masih disitu?"

Cih.. datang juga akhirnya. Coba kita lihat berapa menit gadis itu terlambat.

"Kau telat 20 menit. hebat sekali" ucapnya mencibir tak benar-benar peduli apakah gadis itu akan marah atau tidak. Seharusnya yang marah itu dirinya karena merasa sudah dipermainkan dengan adanya pertemuan konyol ini. Hmm.. sebenranya apa mau gadis itu mengajaknya kemari? Ia hanya bisa menunggu, kembali menunggu. Menyebalkan.

Minggu, 21 Maret 2010

Reply as Serena

Serena mengibaskan bagian belakang jubahnya. Sup bawangnya tidak habis. bukan karena ia sudah kenyang. Bukan, sebenarnya ia masih sangat kelaparan. Namun ingatannya mengenai perjanjian pertemuan kecil dengan Sebastian mau tidak mau menghentikan acara makan malamnya. Serena tidak boleh membiarkan Sebastian menunggu terlalu lama. Anak itu keras kepala, semua orang tahu. Dan membuatnya menunggu terlalu lama sama saja dengan memilih untuk mati. Maka, Serena melenggangkan kedua kakinya keluar dari Aula Besar menuju danau Hitam.

Jalanan cukup terang. Ia bisa mendengar bunyi jangkrik bersahutan dari balik rumput kering musim panas. sepatunya berirama, bergesekan dengan jalan berbatu yang berdebu. harap-harap cemas Sebastian belum berniat untuk segera bergegas pergi. Serene bukan tipe gadis yang senang mengulur waktu, tentu. hanya saja kali ini ia memang benar-benar lupa.

"Sebastian kau masih disitu?" ucapnya canggung pada bayangan anak laki-laki di dekat Danau.

Oh bagus. Sekarang serena gugup. jangan sampai ia melupakan tujuan awalnya untuk bertemu dengan Sebastian malam ini.

RPG

Note : Nama karakter ku Sebastian ya.

Setting : Danau Hitam Hogwarts

Sore itu... tanggal 30 Juni.

Bukan hari yang menarik untuk dikupas sebenarnya. Urutan terakhir di Hogwarts untuk penghujung musim panas tahun ini. Karena memang itulah yang Sebastian harapkan. Jujur, ia tidak betah merasakan atmosfir musim panas yang selalu merongrong. Pekan ujian, deadline PR yang menumpuk, belum lagi teriakan-teriakan bocah asrama ular yang selalu menganggunya tatkala ia berteduh di bawah naungan palem. Menganggunya. Memantrainya. Mereka semua tak ubahnya orok penganggu ketentraman. Gumpalan sampah tak berguna.

Semua memang hampir tidak menarik, kecuali yah... ajakin gadis itu.

Serena. Usai makan malam. Di tepi Danau Hitam.
Cih, memangnya siapa dia itu sehingga berani-beraninya mengajak Sebastian dengan tingkah polahnya yang angkuh khas cewek, ha? Dia merasa berkuasa, begitu hm.. Lihat saja, kalau dalam sepuluh menit bocah orok itu tak datang menemuinya, maka sudah dipastikan sebelum dia berhasil menuju Aula Besar esok pagi, dijamin dia akan berjalan dengan cara melayang di atas tanah.

Tsk.

Sebastian menguap lebar. memainkan rambut cokelatnya yang acak-acakan menggunakan buku-buku jarinya. Sambil menunggu... Sambil mendengus kesal.